sendiri

Ridha Fadhly
5 min readAug 13, 2021

--

sekitar tahun dua ribu empat belas gw bikin janji sama teman di malang untuk ke gunung prau di dieng wonosobo jawa tengah tapi titik kumpul di pos pendakian patak banteng karena doi liburan bareng kakaknya ke karimun jawa dan mampir naik gunung prau. otomatis gw jalan sendiri dari jakarta ke dieng tapi dikasih tahu turun bus dimana dan naik bis apa untuk lanjut ke dieng via telpon saja.

izin dari kantor disetujui dan gw siapin semua keperluan buat ke prau termasuk bangun pagi biar bergegas ke terminal kampung rambutan hasil berselancar di om google mencari bis ke wonosobo. sarapan memulai hari adalah rutinitas untuk memulai aktivitas, berangkat menggunakan transportaasi umum ke kampung rambutan biar lebih irit.

gw mengulangi hal yang sama ketika ke malang tapi beda transportasi ketika ke malang gw sendiri menggunakan kereta api malam matarmaja tapi ke dieng gw mencoba menggunakan moda transport lain yang itu bus malam jawa. berjalan pelan memasuki terminal dengan niat membeli tiket bus, dari awal masuk gw sudah di datangi berbagai wajah calon yang menjajakan tiket ke seluruh jawa.

setelah gw tolak beberapa kali mereka muncul makin banyak seperti jamur di musim hujan di berbagai pohon yang sudah mati, luluh dengan salah satu calo dengan harga lebih mahal dari yang gw baca dari internet, tapi pengalaman pertama gw ikhlas, setelah berbincang dengan calo dia memberitahu berangkat jam empat sore karena mobil belum masuk ke terminal.

selama menunggu gw duduk manis di bangku kosong dengan perasaan was-was karena ada hal baru yang mengusik gw tiap lima menit, pedang asongan yang menjajakan power bank dan berbagai dagangan yang lain dengan cara tidak lazim, setiap lima menit berganti orang dengan pola berjualan sama seolah-olah mereka memaksa setiap orang membeli dagangan mereka dengan nada tinggi, lugas dan keras, seolah mau mengajak pembeli berantem jika mereka menolak untuk menukar uang dikantor dengan dagangan yang mereka bawa.

dua jam melewati hal menggerikan yang membuat perut mules dan mencari toilet umum diluar terminal, selesai dengan urusan perut gw mencoba melihat-lihat ke sekitar tempat nyaman menunggu bus akhirnya gw menunggu di toilet umum beberapa jam saja, sambil menunggu gw bertukar kabar dengan teman yang di karimun terkait jam berapa mereka berangkat dari karimun menuju semarang.

ditoilet umum gw mencoba menggali informasi bus perjalanan ke wonosobo dengan penunggu toilet, mereka banyak bercerita mulai dari harga tiket relatif lebih murah dan trik naik bis di terminal kampung rambutan, dalam hati anjrit gw di tipu sama calo maklum pengalaman pertama naik bis malam di jakarta.

awalnya sekedar menggali informasi terkait tiket obrolan melebar tanpa ditentukan arah tak terasa waktu mendekati jam tiga gw undur diri untuk menemui calo tiket menayakan posisi bis ke wonosobo, setelah berdiskusi yang mengecewakan gw meminta kembali uang dan mengembalikan tiket dengan potongan harga dari calo tersebut.

waktu gw terbuang dan duit habis karena dibecandain calon tanpa pikir panjang gw langsung cari taxi buat nyari bis sinarjaya jurusan wonosobo mumpung di dompet ada voucher taxi dari kantor yang bisa digunakan, ketemu taxi jalan dan gw bilang ke pool sinarjaya yang dekat dari kampung rambutan, sampai di pool lebak bulus nanya-nanya ke petugas bis ke wonosobo mereka bilang penuh dan doi nyuruh coba ke pool ciputat mungkin masih ada yang kosong, mobil melaju pelan arah ciputat dengan suasana kota yang rame dengan orang pulang kerja dengan keterburuan tiap-tiap orang dengan sahutan klakson kendaraan yang bikin telinga kesal.

diperjalan ke ciputat terdengar sayup-sayup suara penyiar di radio dan di sisi lain suara adzan di pengeras suara tiap mesjid dan mushola menandakan waktu sholat magrib sudah bisa ditunaikan, ketemu driver yang mengerti jalan lebih menyenangkan karena mempersingkat waktu untuk sampai ditujuan soal argo taxi gw ga mikirin dibayarin kantor ini juga.

di pool ciputat gw diskusi dengan petugas terkait tujuan dan ketersedian kursi kosong menunggu beberapa menit akhirnya gw berikan tiket bis berangkat malam dengan bis tambahan karena membludaknya penumpang menujua wonosobo, selesai urusan bis gw balik ke taxi mengambil semua bawan dan menyerahkan voucher taxi dengan ucapan terima kasih ke supirnya.

bawaan selesai dimasukkin oleh petugas bis gw melihat ke sekitar mencari sesuatu untuk mengisi perut karena perjalanan cukup lama sampai di wonosobo, di sekitar banyak para pendaki berkeliaran disekitar pool bus bertukar cerita sesama mereka tapi gw karena capek langsung ke bus untuk istirahat untuk mengingat apa saja yang gw lewati hari ini sampai duduk di bus.

setelah beberapa jam menunggu bus bergerat dari ciputat menyusuri jalan ke arah lebak bulus sebelum memasuki tol yang mengarah ke wonosobo, bus memasuki tol dan gw memasuki gerbang mimpi yang dininabobokan musik koplo ciri khas bus malam jawa.

pagi gw sampai di wonosobo di sambut hujan dan cuaca dingin setelah melewati malam di perjalanan diatas bus sinarjaya, sekelompok pendaki turun bareng gw dan salah satu dari mereka menjalani komunikasi menanyakan tujuan gw sambil menawarkan gabung dengan mereka untuk makan. kenal dan bertukar cerita kenapa gw sendiri saja dari jakarta ke wonosobo.

gw gabung makan dengan mereka setelah itu mereka menawarkan bareng ke dieng naik mobil sayur tanpa pikir panjang gw iyakan tawaran tersebut dari ajakan mereka terlintas pemikiran kalau lu ga sendiri bro lu bagian dari kelompok kami jangan sungkan, jalan kaki menuju titik kumpul penjemputan oleh mobil sayur. awal mula gw kenal sama hendrik yang sampai sekarang pertemanan masih terjalin jadi dari wonosobo ke dieng suasana begitu menyenangkan gerimis dan pemandangan hijau dari kebun masyarakan desa yang gw lewati yang menyegarkan mata dengan udara segar hal yang mahal di jakarta karena penuh sesak dengan gedung tinggi orang yang terburu-buru sambil menghirup polusi udara dari kendaraan pribadi dan umum.

tujuan pertama ke rumah hendrik untuk istirahat sejenak dan memilah bawaan untuk dititipkan, gw cuma mengekor mereka sambil berkomunikasi dengan teman yang dari karimun, gw sampai di rumah hendrik teman gw sudah naik bis kecil arah ke dieng. istirahat sambil menyeduh teh dan kopi yang disediakan hendrik untuk pendaki yang singgah dirumah dengan bara dalam wadah untuk memanaskan tubuh setelah kena hujan.

mereka selesai dan siap untuk ke base camp gw ikuti mereka untuk menungu teman di titik kumpul yang dijanjikan tapi ditengah jalan gw ketemu teman dari karimun otomatis minta turun untuk bergabung dengan mereka, tapi hendrik menawarkan untuk istirahat di rumah dan akan di jemput setelah mengantarkan rumah di mobil. jadi berumbuk membuat keputusaan lanjut ke base camp atau ke rumah hendrik, akhirnya kami memustuskan untuk mengambil opsi kedua istirahat di rumah hendrik untuk mempersiapkan semua keperluan untuk pendakian malam.

balik ke rumah hendrik untuk istirahat sejenak untuk memeriksa bawaan masing-masing dan menyewa kekurangan keperluan pendakian di dieng, setelah lengkap gw minta anterin ke base camp kali lembu jalur yang sama dengan rombongan pertama. sebelum naik gw minta dijemput ke tulisan welcomo dieng karena turun melalui jalur dieng bareng dengan rombongan pertama.

awal mula perkenalan dengan hendrik asli tangerang istri perempuan dieng kenal tanpa disengaja melalui rombongan pendaki tangerang, yang kemudian akrab sampai hari ini, selama bekerja di jakarta tiap tahun gw mampir ke dieng tetap disambut hangat seperti awal kenal, ditulisan lain gw akan menceritakan tentang hendrik dan keluarganya.

--

--

Ridha Fadhly
Ridha Fadhly

Written by Ridha Fadhly

0 Followers

sumatera barat - kadang menulis kadang tidak

No responses yet