Pindah
sebulan berlalu gw menetap di bima sebuah kota asing yang tak terbayangkan untuk menjalani hidup dalam waktu yang relatif lama tanpa keluarga, teman dan kenalan. Dalam kepala gw tentang kota ini begitu kabur baik tentang masyarakat maupun latar belakang daerah ini tapi suatu keputusan sudah di ambil dan harus gw jalani.
Setelah beberapa hari mencari tau tentang daerah yang di datangi perlahan mengetahui, kenapa harus mencari terlebih dahulu karena gw hidup satu tahun kalender dua ribu dua puluh satu di daerah itu. Mengapa menggali informasi tentang kotanya belakang karena euforia bekerja paling depan dibandingkan mencari tau tentang kotanya.
Euforia lahir dari hal positif terkait kembali bekerja yang patut gw rayakan di tahun yang menyebalkan ini, sungguh menggangur adalah sebuah keadaan yang tidak mengenakkan apalagi jangka waktu sampai empat bulan, selain menambah beban pikiran dan membatasi gw melakukan sesuatu.
Berkemas semua barang dibandung untuk dibawa ke jakarta dan mengabari kepada para kolega saya berangkat naik motor ke jakarta, beberapa hari di jakarta gw melakukan perjalanan menuju rumah orang tua untuk pamit dan rekan-rekan lainnya.
Beberapa hari saja di rumah orang tua gw balik ke jakarta untuk berkemas apa saja yang di bawa ke bima, pagi tanggal satu desember dengan hati senang gw berangkat ke bandara untuk melanjutkan perjalan kembali dan besoknya baru lanjut ke bima karena pesawat bali — bima cuma sekali sehari, otomatis gw bisa keliling bali sehari sebelum ke bima. Sehari di bali udah gw tulis di tulisan yang berbeda.
Siang jam dua belas sampai di bima, penerbangan ditemput empat puluh lima menit kata pramugari wings air jadi ada waktu untuk melihat-lihat keluar jendala pesawat apa saja yang dilewati pesawat sebalum sampai di bima, dikeliling banyak laut dan perbukitan yang hijau dan sebagian berganti dari hutan menjadi lahan pertanian masyarakat.
Asing sekali dan bertolak belakang dengan apa yang gw bayangkan, sebuah kota kecil hijau jauh dari polusi dan kemacetan kota, masyarakat tanpa helm dan masker, sepanjang perjalanan menuju penginapan di suguhi pemandang teluk,perbukkitan, langit biru dan panas.
Setiba diluar bandara banyak yang menawarkan jasa baik itu gojek maupun travel dengan menggunakan bahasa bima yang sama sekali ga gw pahami karena tidak bersinggungan dengan bahasa indonesia, ada rasa takut ketika keluar dari bandara.
Setelah beberapa lama menunggu jemputan gw datang dan bantu bawain tentengan ke mobil, Berjalan meninggalkan bandara lanjut ke penginapa untuk isolasi mandiri sebab datang dari zona merah penyeberan corona. Itulah sedikit perkenalan awal dengan kota asing yang gw kunjung.
Gw berkeinginan untuk menulis tentang apa saja yang yang kunjungi selama di bima, buckhet list liburan gw penuh cuy.
Bima, 02 Januari 2021