Lemari

Ridha Fadhly
1 min readDec 26, 2020

--

Dirimu mampir lagi, dik tapi dalam wajah berupa kabut pagi sesaat hilang diterpa angin kadang ia pergi secara utuh namun kembali dalam wujud lain.

Ingatan itu serupa lemari satu pintu tanpa rak namun ia tersusun rapi oleh kenangan manis dan adapula seolah menggelupas luka yang telah lama menggering secara paksa.

Seakan waktu berhenti dihadapan dan bodohnya tanpa sadar aku berlarut-larut dalam buai kenangan paling buruk yang membuatku ingin membenamkan diri dalam lautan luas kemudian malu sendiri dan ingin marah.

Atau sehabis meningat kenangan buruk, lalu aku mengerutuk betapa bodoh dan tololnya aku. Atau betapa marahnya aku dan muncul segala.

Setiap habis berjalan-jalan disana aku meningatkan pada diri sendiri bahwa “apa pun yang aku ingat, tak akan terulang”.

“Seandainya” atas apa yang telah terjadi untuk menghindari kesalahan di masa lalu dan lalu aku pergi ke cermin mengonbrol dengan anak kecil di dalam diriku “Aku minta maaf karena kesalahan”.

Ia kembali berupa ingatan yang mengambil alih tubuhku, kamu tau tubuhku ibarat telur di ujung meja, butuh sedikit dorongan lalu aku segala yang rapuh dalam diriku akan jatuh dan berantakan.

Sebab sebaik apa pun kamu berusaha menghindari kesalahan, kamu pasti akan melakukan kesalahan lain sekecil apa pun. Peluk rasa bersalah itu, akui bahwa perasaan itu ada dan ingat baik-baik untuk menjadi bekalmu kelak.

Jangan lelah memperbaiki dirimu karena itu adalah pekerjaan seumur hidup. Karena cinta itu sementara, melupakan selamannya.

Komenta

--

--

Ridha Fadhly
Ridha Fadhly

Written by Ridha Fadhly

0 Followers

sumatera barat - kadang menulis kadang tidak

No responses yet